Saturday, 23 August 2014

Momen Spesial Perkuat Quality Time


“There is no way to be a perfect mother, but a million ways to be a good one.”

Kalimat tersebut selalu memberikan saya harapan, khususnya disaat saya merasa berdosa pada anak saya. Betapa tidak, sebagai ibu dengan putri yang masih di usia dini, saya harus meninggalkan putri kecil saya untuk bekerja dari pagi hingga sore. Sebenarnya seringkali kata “resign” menggelayut dalam pikiran saya. Saya iri melihat ibu-ibu yang bisa secara langsung memantau perkembangan anak-anak mereka. Bisa menemani anak sepanjang hari. Tetapi karena beberapa hal saat ini impian itu belum bisa saya wujudkan. Pilihan ini kerap menimbulkan perasaan bersalah dan kekhawatiran pada anak saya.

Di pagi hari, kadangkala ia merajuk. “ikut... ikut, Ma...! rengeknya dengan menarik-narik pakaian saya. Bujukan dan pengertian yang saya coba berikan tak mempan untuknya. Rengekan berganti menjadi tangisan. Saya panik. Jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh. Pertanda akan terlambat lagi ke kantor. Kalau sudah begitu, ibu saya segera menggendong dan mengalihkan perhatiannya. Dengan perasaan campur aduk saya cepat-cepat melajukan motor saya.

Yang paling membuat hati saya hancur, saat harus mengikuti pelatihan atau event-event yang mengharuskan saya untuk pulang larut. Sesampai di rumah, seringkali saya mendapati anak saya sudah tertidur pulas. Saya telah kehilangan momen spesial bersamanya. Pertanda quality time saya harus diperbaiki. Predikat menjadi ibu yang sempurna rasanya sangat jauh dari diri saya. 

Sadar tidak memiliki kuantitas waktu yang banyak untuk anak, maka saya berusaha agar ketika sudah di rumah atau di waktu libur untuk menjauhi telepon genggam, laptop, dan sejenisnya. Ada keinginan agar ditiap kebersamaan bisa menjadikan kami lebih dekat. Dan betapa saya bersyukur, di sisa-sisa tenaga saya, masih ada kesempatan untuk bermain balok bersamanya, bisa mengajarinya menggoreskan krayon di atas kertas, ataupun membacakan buku cerita untuknya.

Memang saya belum bisa menjadi ibu yang selalu ada untuknya. Namun saya senantiasa berusaha untuk tidak melewatkan empat momen spesial bersama anak setiap harinya. Empat momen spesial ini tips yang dibagikan oleh pakar pendidikan, Munif Chatib, di dalam bukunya yang berjudul Orangtuanya Manusia.

Pertama, ketika anak terbangun dari tidurnya di pagi hari. Usahakan pertama yang ia lihat saat ia membuka mata adalah wajah orangtuanya. Ada perasaan bahagia menyelimuti bisa terbangun di setiap pagi dan mendapati anak di sisi.

Kedua, ketika berpisah di pagi hari, sebelum berangkat kerja, selalu saya usahakan mencium anak saya dan membisikkan “I love you” di telinganya. Saya ingin ia tahu bahwa ibu selalu menyanyanginya. Sebagaimana kita, anak-anak juga membutuhkan ungkapan sayang secara verbal yang mudah dirasakan oleh mereka.

Ketiga, ketika pulang bekerja, usahakan langsung bertemu anak dengan sapaan hangat dan pelukan. Saya ingin menunjukkan bahwa ibu begitu merindukanmu. Dan ini momen yang paling saya rindukan saat di tempat kerja. Begitu terdengar saya memasuki rumah sepulang kerja, Ia segera berlari dengan tangan terkembang, memeluk saya dengan senyum manisnya. Sirna seketika rasa lelah seharian kerja.

Keempat, ketika anak akan tidur, usahakan wajah terakhir kali yang dilihatnya adalah wajah orang tuanya. Karena usia anak saya masih butuh ASI,  Biasanya saya mengantarkan ia tidur sambil menyusuinya. Kami terasa begitu dekat. Dan betapa menyusui hingga melihatnya terlelap adalah suatu kenikmatan yang membawa ketenangan hati yang mampu menepikan kesedihan dan kepenatan yang saya temui seharian. It’s my most romantic moment with her!

Sebagian perempuan memilih untuk menjadi full-time mom, sebagian lain memilih menjadi working mom. Ada pula yang bisa menjalankan keduanya beriringan, bekerja di rumah dan menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga. Setiap perempuan menghadapi situasi dan tantangan berbeda dalam kehidupan keluarga yang mengharuskannya mengambil suatu pilihan. Dan tiap-tiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Apapun itu pilihan yang diambil, saya yakin para ibu pasti memiliki alasan yang baik untuk keluarganya. Dan bagaimanapun situasi yang dihadapi, seorang ibu akan memprioritaskan anak-anak di atas segalanya.

Dalam islam sendiri, kita bisa menjumpai kisah seorang ibu mulia yang sukses berkarir dan juga sukses dalam mendidik anak sehingga putra putrinya menjadi anak yang shalih shalihah. Beliau adalah seorang pengusaha wanita kaya raya, istri pertama Rasulullah SAW, Khadijah. Kisah keberhasilan ibunda Khadijah meyakinkan hati saya bahwa setiap ibu yang berkarir juga memiliki kesempatan untuk mencetak generasi-generasi unggul.

Ibu yang bekerja harus cerdas menciptakan quality time bersama keluarga, terutama anak-anak.  Sesingkat apapun waktu yang dimiliki, usahakan tidak terbuang percuma. Jika sudah bersama anak, yang bisa dilakukan adalah menciptakan suasana yang hangat. Memberikan banyak sentuhan, seperti pelukan, belaian rambut, dan kecupan. Hal ini akan banyak memberi dampak positif bagi perkembangan anak. Kehangatan dan kasih sayang yang mengalir melalui sentuhan ini selain menambah kedekatan juga akan membuat anak bertambah cerdas.

Yuk, Bismillah tekadkan hati menjadi high quality mom ....

No comments:

Post a Comment