Suami romantis. Hampir semua wanita (termasuk saya) pasti mendambakan memiliki suami yang romantis. Yang pandai merayu, yang dari bibirnya mengalir kata-kata mesra, yang sengaja menyiapkan hadiah kejutan, atau yang suka mempersembahkan seikat bunga kepada pasangannya. Intinya romantis itu so sweeeet .....
Lalu bagaimana dengan suami saya? Yang tanggal ulang tahun saya
saja sering lupa. Begitu pula
dengan tanggal pernikahan kami. Bahkan saya pernah menangis, sebab
di hari ulang tahun saya,
suami seakan tidak peduli.
Tidak ada ucapan selamat, tidak ada SMS atau telepon, tidak ada pula pesan di inbox atau email. Apalagi berharap kado dan sekuntum mawar?? Jauh-jauh saya buang angan-angan itu.
Di masa-masa awal pernikahan, hal ini begitu menggangu pikiran saya. Tidak pentingkah saya baginya? Saya beranggapan suami tidak perhatian dengan saya. Namun, seiring waktu saya bisa mengerti bahwa suami saya tipe orang yang sulit untuk berbasa-basi cinta, termasuk mengungkapkan kata-kata cinta secara verbal.
Jika ada yang memiliki suami setipe dengan suami saya, jangan dulu sebal dan nggondok dengan suami tercinta sebelum selesai membaca tulisan berikut.
Romantisme bisa berwujud apa saja yang bisa membahagiakan
pasangan. Hal-hal yang sederhana seperti perhatian akan lebih mudah diterima
sebagi bentuk romantisme. Bentuk perhatianpun bisa bermacam-macam, bisa melalui
pemberian hadiah-hadiah sederhana. Tak peduli berapa harga dari hadiah
tersebut, yang lebih penting adalah ketulusan dan kesungguhan dari perhatian
yang diberikan.
Suatu ketika suami saya pulang membawa bungkusan plastik
berisi olahan sayur daun singkong. Pelengkap menu makan siang suami dari
katering tempatnya bekerja. Sengaja tidak ia makan, karena ia tahu sayur itu
adalah menu favorit saya.
Pukul 12 siang. Panasnya kota Gresik pada jam-jam
istirahat siang terasa begitu menyengat di kulit. Namun ia sempatkan bergegas
pulang hanya untuk mengantarkan sebungkus sayur daun singkong ala masakan
padang itu.
“Sudah lama ya kita tidak makan di warung padang. Aku ingat sayur ini adalah kesukaanmu.
Ini aku bawakan untukmu. “
ungkapnya.
Hadiah sederhana itu ternyata sangat membekas di dalam ingatan
saya. Ada perhatian tulus yang bisa saya tangkap. Memang tampak sangat sepele dan
sederhana. Namun sayur daun singkong itu telah mampu membawa kebahagiaan
mendalam bagi saya. Mungkin beberapa tahun lagi, momen itu akan tetap saya
kenang dan bisa menjadi bahan cerita kepada anak-anak kami nanti. Dengan bangga
saya akan menceritakan kisah sebungkus sayur daun singkong tersebut, sebagai
salah satu bentuk romantisme ayah mereka kepada saya.
Ternyata romantisme tidak melulu hanya kata-kata cinta. Ekspresi
romantisme yang lebih nyata
bisa juga dilihat dari bantuan suami menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Suami membantu menyapu rumah, merapikan tempat tidur, memandikan anak,
mengantarkan anak sekolah, dan lain sebagainya.
Sekarang coba dipilih, mana yang lebih kita sukai, suami
yang jago merayu dan penuh kata-kata cinta tetapi di rumah hanya nonton TV, bermalas-malasan,
tidak mau tahu dengan kepayahan istri di rumah, atau suami yang “tidak
romantis” namun tidak canggung untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga, bisa diajak berbagi tugas dan cekatan saat pasangan
butuh bantuan?
Padahal hanya hal yang terkesan sederhana ya, tapi membawakan daun singkong benar-benar sebuah perhatian nyata. Kadang, romantisme bukanlah untaian kata indah, namun aksi yang nyata :)
ReplyDeletePostingane wong melass... Biasane salah sijine seng romantis pancen.. Saknoe rekkk. Ckckck
ReplyDeleteHaha... wah pak ustad baca postingan ini ya. #tutupmuka. Yah beginilah kehidupan. hehe
Delete