Beberapa waktu lalu ketika diamanahi untuk mengikuti seminar dan workshop “Balitaku Khatam Al qur’an” bersama Dr. Sarmini, jujur saya kurang begitu antusias. Masalahnya jadwal seminar pas saat weekend. Semua tahu ya, weekend is family time! Saya tidak mau melewatkan momen spesial bersama anak di hari libur. Namun, setelah mendengar pengalaman Dr. Sarmini yang mampu mengantarkan anak-anaknya mengkhatamkan Al qur’an sebelum usia mereka 5 tahun, saya jadi sangat bersemangat. Tak apalah sedikit mengorbankan waktu demi ilmu yang sangat luar biasa manfaatnya ini.
Dr. Sarmini berpendapat bahwa belajar membaca Al qur’an semestinya diajarkan sebelum mengajarkan huruf-huruf yang lain. Karena membekali anak dengan Al qur’an adalah investasi dunia akhirat. Sayapun bertekad untuk mengajarkan putri kecil saya membaca Al qur’an sejak dini. Sekecil apapun usaha kita, tetap bernilai pahala jika kita niatkan ibadah dalam upaya mencintai Al qur’an. Lalu kapan dan bagaimana cara yang tepat mengajarkan balita membaca Al qur’an?
KAPAN MULAI MENGAJARKAN MEMBACA ALQUR’AN PADA BALITA?
Sejak anak sudah mampu mengucapkan satu atau dua suku kata
seperti “mama”, “makan”. Biasanya dimulai dari usia 2 tahun. Itu tanda bahwa
mereka sudah siap untuk belajar membaca. Di usia golden age inilah otak anak bekerja
seperti spons, yang
bisa menyerap pengetahuan apapun sebanyak-banyaknya. Disinilah tugas orang tua
untuk memberikan stimulasi positif,
terutama Al qur’an, yang akan memberikan pengaruh besar untuk menjaga kebersihan
jiwanya di masa depan.
PRINSIP DALAM MENGAJAR ANAK MEMBACA AL
QURAN
A. Ajarkan
bunyi, bukan nama hurufnya
Ketika membaca
tulisan, yang kita baca adalah kata atau kalimat berupa bunyi dari gabungan
beberapa huruf. Bunyi bukan nama hurufnya. Misalnya, SAYA bukan ES – A – YE –
A. Begitu pula dengan bahasa Arab di Al qur’an. Sebagian besar yang dibaca dari
isi Al qur’an berupa bunyi huruf. Jadi pada
tahap awal belajar tidak perlu mengajarkan dan meminta anak menghafal nama-nama
huruf, karena seiring waktu anak pasti akan mengetahui sendiri nama-nama huruf
hijaiya melalui sekolah atau lagu yang didengar.
B. Mendahulukan
huruf yang berharakat fathah
Huruf berharakat
fathah lebih mudah dibaca daripada huruf dengan harakat yang lain. Tahapan dalam
mengajarkannya
adalah dahulukan mengenal huruf berharakat fathah, kemudian huruf berharakat fathah dengan mad (panjang), setelah itu huruf berharakat fathah sambung. Baru dilanjutkan
dengan huruf berharakat kasroh,
dhommah dan
tanwin.
C. Mulai
dari huruf yang mudah diucapkan anak
Huruf-huruf hijaiya
yang berjumlah 29, memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam
pengucapannya. Mengajarkan bunyi dan huruf tidak harus berurutan dari alif
sampai ya’. Tidak ada aturan yang
mengharuskan belajar membaca huruf hijaiyah dengan urutan tertentu. Mulailah
dari huruf-huruf yang mudah diucapkan seperti ma, la, ba, na, ya, a, ta. Huruf-huruf yang sulit pengucapannya bisa belakangan setelah anak-anak sudah
menguasai bunyi-bunyi yang mudah.
Beberapa
contoh huruf yang sulit diucapkan oleh anak:
· Huruf ث
Untuk
membunyikan huruf tsa’ ujung
lidah harus diletakkan diantara gigi depan atas bawah. Seringkali anak
mengganti bunyi “tsa” dengan bunyi huruf “sa”.
· Huruf ط
Untuk membunyikan huruf tho’ ujung lidah menempel pada pangkal gigi
atas bagian dalam disertai bibir agak monyong. Ini susah lho diucapkan
oleh anak-anak. Bahkan beberapa orang dewasa masih mengalami kesulitan
mengucapkannya dengan benar.
Nah, jika dipaksakan anak akan mulai mengalami kesulitan dan
menganggap belajar mengaji itu susah. Akibatnya anak merasa bosan dan menjadi enggan belajar kembali.
D. Mengacak
huruf yang mirip simbolnya
Beberapa huruf
hijaiya memiliki simbol yang hampir sama. Contohnya seperti ب , ت / ص , ض / ر , ز
Agar
anak tidak bingung dan tertukar dengan bentuk huruf yang serupa. Ajarkan satu model bentuk huruf dulu sampai
anak mengenalnya dengan
baik. Selanjutnya kita selingi dengan model huruf lain yang berbeda
bentuknya. Baru setelah
itu bisa diajarkan huruf yang mirip bentuknya. Contohnya kita ajarkan BA,
setelah itu LA, baru kemudian TA.
ALAT BELAJAR YANG PERLU DISIAPKAN
Untuk menarik
perhatian anak-anak, kemaslah huruf hijaiya menjadi sesuatu yang cantik dan
mengesankan. Buatlah huruf-huruf dengan warna-warna yang eye catching. Bila perlu tambahkan semacam frame yang menarik.
Sehingga anak-anak dapat mengingatnya lebih mudah. Selain itu, kemasan huruf
yang menarik juga bisa membantu kita ketika proses belajar mengajar. Misalnya “huruf
yang ada bintangnya itu dibaca apa dek?”
Kita bisa
melibatkan anak-anak dalam membuat alat belajar ini. Biarkan anak ikut menulis,
menempel, atau mewarnai huruf sehingga proses belajar akan lebih berkesan bagi mereka.
Saya membuatkan alat belajar untuk anak saya dari kertas origami ukuran 12 X 12 cm untuk hurufnya dan ukuran 14 X 14 cm sebagai alasnya.
Tempelkan menyebar di rumah
Tempelkan
huruf-huruf tersebut di tempat-tempat yang sering dilalui anak-anak. Seperti di
dinding kamar, di daun pintu, di lemari pakaian, dan sebagainya. Sebutkan bunyi
huruf setiap kali melewati atau melihatnya. Kemudian minta anak untuk membaca
atau menirukannya. Kalaupun belum mau menirukan, sudah cukup dengan mendengar
saja. Itu sudah termasuk proses belajar.
Huruf-huruf
yang tertempel dibaca cukup dua kali sehari. Namun tentu saja semakin sering
dilihat dan dibaca, akan semakin cepat target belajar tercapai. Dan setelah
anak sudah mampu membaca bunyi huruf-huruf yang ditempel, ajaklah anak pindah
ke buku latihan (iqro’) untuk menguatkan bacaan.
huruf ditempel di pintu lemari
Belajar
membaca Al qur’an dengan metode ini jauh dari kata jenuh. Anak tidak perlu harus
duduk rapi dan mendengar penjelasan. Mereka bisa belajar sambil bermain, sambil
menikmati cemilan, atau sambil tiduran. Tidak perlu jadwal khusus. Kapanpun
saat anak sedang good mood, kita arahkan
untuk membaca huruf tersebut.
Kelebihan
lainnya, kegiatan mengajar bisa didelegasikan pada orang lain. Ketika kita sedang
tidak di rumah. Anak masih bisa tetap belajar. Kita bisa minta bantuan orang
rumah untuk mengajari atau menemaninya belajar dengan alat belajar yang sudah
tertempel di rumah.
huruf ditempel di dinding
Aktifitas belajar yang menyenangkan
Anak-anak memiliki
tingkat konsentrasi yang pendek. Sehingga cenderung mudah bosan dengan satu
aktifitas. Kita bisa mengantisipasinya dengan membuat kegiatan belajar mengaji
ini lebih atraktif dan menyenangkan. Salah satunya adalah melaui game.
Contoh
aktifitas yang menyenangkan:
·
Temukan
Hurufku
Tempelkan huruf-huruf
di beberapa sudut rumah. Lalu kita ajak anak berlomba untuk menemukan
huruf-huruf tertentu. “Ayo, siapa yang bisa menemukan NA duluan?” kemudian anak
berlari mencari huruf yang dimaksud. Tentunya, kita juga ikut berlomba lari
dengan anak.
·
Warnai
Hurufku
Siapkan krayon
dan selembar kertas dengan tulisan beberapa huruf hijaiya yang sudah
dipelajari. “Ayo dek, beri warna biru untuk bunyi MA!” Kemudian anak mewarnai
huruf yang dimaksud. Pastikan setiap huruf memiliki warna yang berbeda. Untuk
mengapresiasi hasil karya yang telah dibuat, tempelkan hasil kertas mewarnai tadi di
dinding kamarnya.
Jangan lupa
berikan reward berupa pujian, pelukan, tepuk tangan, atau hadiah sederhana
apapun kemajuan yang berhasil dicapai anak-anak. Ini akan menambah semangat
mereka untuk terus belajar mengaji.
Pas banget sekarang Al sudah dua tahun dan sudah bisa mengucapkan banyak kata, di gantung di kamarnya asyik pasti. Terima kasih sharingnya mak
ReplyDeleteCantik bermanfaat dan pasti si kecil suka.. Untuk cucu tercinta nich
ReplyDeleteTfs mak.....aku bisa nyoba dengan model2 sederhana dulu :*
ReplyDeletesilahkan dimodifikasi sendiri mak... lebih seru kalo membuatnya bersama si kecil lho
DeleteSaya pernah ikut seminarnya dr. Sarmini mbak.. Aku punya bukunya :)
ReplyDeleteTapi waktu itu, pertama dan kedua juga sudah bisa ngaji sejak usia balita juga.
Metode dr. Sarmini insya Allah mau dicoba penerapannya ke anak ketiga..
Salam kenal mbak. Main ke blogku ya... :))
Wah, selamat mbak sudah berhasil di anak pertama dan kedua! semoga bisa terus konsisten mengajinya ya sayang... salam kenal balik mbak. Blognya penuh konten bermanfaat siip dah...
DeleteWaah makasih infonya niih patut dicoba. Dulu pernah praktikin dg metode ug sedikit brbeda tp krn tdk konsisten jd hasilnya kurang bagus. Tp sy baru tahu nih metode Dr Sarmini. TFS Yaa
ReplyDeleteIya mbak.. kuncinya adalah sabar dan konsisten.
DeleteMaaf menurut saya balita sih blm waktunya diajarkan membaca ya simbol.silahkan membaca dampaknya dr.bnyk sumber...sbg pengganti lbh baik didengarkan ayat2 saja agar hafal ..
ReplyDeleteKalo mengajarkan calistung pada balita memang banyak yang pro kontra ... Calistung yang diajarkan di sekolah biasanya bersifat agak memaksa karena guru mengikuti target sekolah sehingga anak terbebani. Bedanya mengajarkan membaca Al qur'an esensinya adalah membiasakan anak berinteraksi dengan Al qur'an sejak dini untuk bekal agama ketika dewasa. Yang paling mudah memang diperdengarkan ayat2, hafal tapi belum sampai pada tahap bisa membaca. Metode yang digunakan Dr Sarmini benar2 mengikuti kemauan anak, tanpa ada paksaan. Tujuan utamanya tidak sekedar bisa membaca Al qur'an tapi agar anak mencintai Al qur'an. Semoga Allah memudahkan urusan kita...
DeleteAssalamualaikum mba, boleh minta printable ya, karena diklik tidak bisa. Terimakasih
ReplyDelete